Selasa, 25 November 2014

Penunggang Kedelai

Dua orang yang sedang menunggang seekor keledai suatu hari melewati perkampungan demi perkampungan. Kedua orang tua itu adalah seorang ayah dan anak lelakinya. Pada kampung pertama diliintasi orang-orang atau penduduk kampung yang sedang mereka lewati, berkerumun di tepi jalan dan berseru:
“Lihatlah kedua orang itu, sampai hati menunggang seekor keledai kurus berdua, memanglah kalau orang tidak punya rasa kasihan kepada hewan yang tidak berdaya”
image
Penunggang keledai dan anaknya
Si bapak dan si anak berpandangan, lalu si anak turun dari keledai berjalan kaki sementara si ayah tetap menunggang keledai itu.
Namun ketika melintasi kampung kedua, lagi-lagi orang-orang berkerumun, membicarakan hal itu dan salah seorang dari mereka berseru:
” wahai bapak, sampai hati kau membiarkan anakmu berjalan kaki, sementara kau enak-enakan menunggang keledai. Orang tua yang sungguh tegaan kau ini” (mungkin ini kampung Batak lah..he he he)
Si ayah turun dari keledainya dan menyuruh anak lelakinya menaiki keledai, sementara mereka meneruskan perjalanan dengan si ayah yang sekarang berjalan kaki disamping keledai. Hingga mereka sampai kekampung berikutnya dan hal yang sama pun terjadi, orang orang berkerumun dan berseru:
“Lihatlah anak itu, sungguh tega membiarkan ayah yang sudah tua berjalan kaki sementara dia enak-enakan menunggang keledai itu”
Mendengar itu si anak turun dari keledai dan kini mereka berjalan kaki disamping keledai tanpa seorang pun menunggangnya lagi. Mereka berfikir ini mungkin lebih adil di dalam pandangan orang-orang kampung berikutnya.
Tapi apa yang mereka pikirkan tidak menjadi kenyataan, sesampainya di kampung berikutnya, orang-orang berkerumun dan berkomentar keras mentertawai mereka berdua:
“Kedua orang itu bodoh, untuk apa ya keledai kalau tidak ditunggang? Aha mungkin tiga-tiganya memang otak keledai”
Tidak selamanya kita dapat mengikuti apa jalan pikiran orang yang melihat sesuatu dengan jalan pikiran masing-masing, kadang kita harus bersikat seperti “anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu…..”

Tidak ada komentar :

Posting Komentar